UNTUK APAKAH UMURKU???
Malam ini aku menjadi sadar bahwa aku menua, tetapi tetap belum pasti hatiku bahwa aku telah membijak dalam penuaan ini,
Dalam nanar mata hatiku, aku mendengar hatiku sendiri bertanya,
untuk apakah keberadaanku?
Untuk apakah waktu yang tersedia bagiku?
Untuk apakah umurku?
Sebuah senyum terbentuk diwajahku yang aku tahu untuk apa dan mengapa senyum itu tergurat di pipi – pipi dinginku
Kemudian kudengar suara yang dalam, tetapi kedalamnnya tidak menenggelamkan dan berat , tetapi yang beratnya tidak membebani.
Yang bergetar lembut dengan kasih sayang, yang berkata:
Engkau yang bertanya,
bacalah ini seperti engkau yang aslinya mengatakannya dari dalam hatimu.
Bahwa aku hidup untuk sesuatu.
Karena apabila tidak, mengapakah aku selalu bertanya, ‘akan menjadi apakah aku nanti ?’.
karena bila aku tidak untuk menjadi apapun. Mengapakah aku merasa tertinggal bahkan saat aku menolak untuk ikut berpacu?
Kelihatannya aku tidak bisa melarikan diri dari keharusan yang sama dengan semua orang dan bahkan aku disamakan dengan mereka yang tidak kupedulikan.
Aku juga disamakan dengan mereka yang ketinggiannya memebuatku tersembunyi dalam bayang – bayang alasanku.
Dan aku juga disamakan dengan mereka yang kekeayaannya memuakkan aku karena kekayan itu bukan milikku.
Aku merasa, semakin lama aku semakin menjadi petarung di arena yang tidak ingin aku masuki.
Aku menolak bertanding, aku menolak berlomba
Aku benar – benar menolak untuk mengambil bagian dalam apapun.
Tetapi mereka tetap menjadikanku pecundang dalam petarungan yang tidak aku tarungi.
Aku tidak mau ikut, tetapi mereka tetap memperlakukanku seperti aku tertinggal.
Apakah mereka tidak melihat bahwa aku tidak tertarik untuk memenangkan salah satu atau apapun yang yang mereka perebutkan?
Teteapi mereka tidak peduli
Aku tetap disertakan dalam pertandingan mereka, dalam pertarungan mereka dan dalam perlombaan mereka.
Aku tidak tertarik untuk memenagkan uang yang mereka perebutkan, tetapi mereka tetap menghukumku dengan kehidupan yang terbatasi karena aku tidak punya uang
by: Mario Teguh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar